Sinopsis Novel Ayat-Ayat Cinta 2: Islam, Syariat, dan Cinta menuju Kebahagiaan Hakiki

1 comment
Ayat-Ayat Cinta 2: Islam, Syariat, dan Cinta menuju Kebahagiaan Hakiki 
Identitas Buku
Nama Buku : Ayat-Ayat CInta 2
Nama Pengarang : Habiburrahman El Shirazy
Nama Penerbit : Republika Penerbit
Ketebalan Buku : vi + 698 Lembar
Tahun Terbit : Cetakan V, Desember 2015
Nomor Edisi : ISBN 978-602-0822-15-0

Sinopsis 
Ayat-Ayat Cinta 2 Buku ini mengangkat tema yang sangat menarik. Buku ini memberikan pemahaman bagaimana seorang muslim dapat hidup di tengah masyarakat Eropa dengan tetap mempertahankan keyakinan dan syariat islam yang dianutnya. Hal ini dapat diketahui ketika Fahri – tokoh utama pria dalam novel ini – harus belajar di Jerman untuk menyelesaikan program Doktornya. Fahri harus menghadapi tetangga yang sangat membenci islam, atau yang lebih dikenal Islamophobia. Fahri mengajarkan kepada kita bagaimana sikap kita seharusnya sebagai seorang muslim dalam lingkungan tetangga dengan latar belakang yang ragam, baik agama, ras, bahasa, dan budaya. 
Buku ini juga memberikan pemahaman kepada kita agar senantiasa menjaga martabat dan kehormatan umat islam lainnya, terlebih dalam lingkungan yang begitu membenci islam. Menolong sesama muslim, menjaga kemuliaannya, dan memudahkan urusannya merupakan hal yang sangat utama dilakukan oleh muslim lainnya. Pembaca dapat mengetahuinya ketika membaca bagian Fahri menemui seorang muslimah dengan wajah yang kurang baik yang terpaksa meminta-minta di lingkungan tersebut untuk biaya hidup. Hingga akhirnya Fahri memuliakannya dengan menjadikannya sebagai asisten rumah tangga. Memberikan pekerjaan jauh lebih utama karena memuliakan harga diri seseorang dengan memberinya pekerjaan, bukan memberikan uang karena meminta-minta. Karena meminta-minta itu sangat tidak dianjurkan dalam islam karena akan menurunkan kehormatan diri seseorang. 
Bagian paling menarik dari novel ini adalah ketika Fahri harus melakukan pilihan. Pertama ketika ia harus memilih akan menikah lagi dengan Hulya – keponakan Aisyah – dan harus melupakan istri pertamanya yang tak tahu kabar beritanya, Aisyah. Pilihan kedua adalah ketika Fahri harus memilih untuk melakukan operasi transplantasi wajah Hulya, ketika akan meninggal dan memberikan wajah istri keduanya, Hulya kepada Sabina, muslimah yang buruk rupanya yang saat itu membantunya sebagai asisten rumah tangga. 
Pada akhir novel ini, barulah diketahui wanita buruk rupa yang selama ini membantunya, Sabina, merupakan Aisyah yang selamat dari kekejaman tentara Israel. Aisyah juga harus mengalami perang batin ketika ia harus melihat kebahagiaan Fahri dengan Hulya, tanpa berani berterus terang kepada Fahri bahwa ia adalah Aisyah, istri yang teramat dicintai oleh Fahri. Aisyah sadar bahwa tidak mungkin Fahri akan menerimanya dengan kondisi demikian. Namun, akhirnya semua itu diketahui oleh Fahri bahwa sesungguhnya Sabina adalah Aisyah yang selama ini dinantikan kehadirannya. Dengan berwajahkah Hulya, Fahri dan Aisyah akhirnya kembali bersatu dalam sucinya ikatan pernikahan. 
Kelebihan Buku 
Buku ini selain menarik dari cerita cinta yang disajikan, namun juga menambah pengetahuan baru bagi para pembaca mengenai strategi menghadapi orang-orang islamofobia. Selain itu, buku ini juga memberikan wawasan baru bagi pembaca tentang pelaksanaan wasiat dan fiqh transplantasi wajah dalam syariat islam. Konflik cerita yang disusun dengan apik, penggambaran latar cerita yang begitu nyata, serta kisah yang mudah dipahami menjadikan buku ini sangat istimewa bagi pembaca novel.
Kekurangan Buku 
Salah satu yang menjadi catatan adalah ketika hilangnya alur cerita mengenai kembalinya tokoh Aisyah ke Jerman. Buku ini juga cukup tebal sehingga para pembaca perlu menyediakan waktu khusus untuk membaca keseluruhan isi buku.

Oleh Beni Iskandar

Related Posts

1 comment

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter